“Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dulunya aman lagi tentram, rezekinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; karena itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat,” (QS an-Nahl: 112)
Oleh: DR M Mu’inudinillah Basri MA, Ketua Program MPI Universitas Muhammadiyah Surakarta
Para mufassirin seperti Aisyah ra menafsirkan, yang dimaksudkan ayat ini adalah Makkah dan penduduknya yang semula dalam kondisi aman tentram, rezeki datang kepada mereka dengan mudah. Dan ketika mereka kufur kepada Nabi Muhamad saw dan menentangnya, Allah menghukum mereka dengan paceklik selama bertahun-tahun sehingga mereka memakan bangkai.
Ayat ini sebagai pelajaran bagi yang berpaling dari ayat Allah dan kufur terhadap nikmat-Nya sehingga ditimpa kehancuran dalam berbagai sisi kehidupan. Seperti yang Allah katakan, "Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya ke lembah kebinasaan, yaitu neraka Jahannam; mereka masuk ke dalamnya; dan itulah seburuk-buruk tempat kediaman," (QS Ibrahim: 28-29).
Sunnatullah akan adanya azab bagi yang kufur dan tidak mensyukuri nikmat Allah dapat menimpa pribadi dan masyarakat. Demikian negeri kita Indonesia, tatkala ditegakkan syariat dan akidah Islam pada awal munculnya pemerintahan di tanah air, kebaikan dan ketentraman dirasakan oleh semua. Kemudian tatkala meninggalkan Islam, berbagai macam siksaan dan bencana Allah telah ditimpakan terhadap bangsa ini, baik siksaan fisik maupun non-fisik.
Siksaan sering dimulai dengan istidraj, dengan diberikan berbagai macam kesuksesan dunia, ekonomi, sosial, maupun politik. Kemudian Allah siksa dengan berbagai penyakit atau bencana yang menghilangkan segala kenikmatan hidup secara tiba-tiba. Berapa banyak yang tiba-tiba disiksa oleh Allah ketika berada di puncak kesuksesan, berapa banyak orang kehilangan kebahagiaan dan ketenangannya padahal sebab-sebab materi ada di tangannya. Dan siksaan yang lebih berat manakala orang dijadikan melihat baik perbuatan buruknya, dikunci mata, hati, dan telinganya dari kebenaran.
Allah berfirman, “Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah?” (QS al-Jatsiyah: 23).
Musibah dan bencana yang ditimpakan kepada orang yang tidak bersyukur ada dua macam; siksaan fisik dan non-fisik. Siksaan non-fisik berupa tercerabutnya iman dalam hati sehingga tidak merasakan kelezatan iman dan ibadah, dan dirasukinya cinta dunia serta dijadikan budak hawa nafsu. Nabi bersabda, “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba perak, celaka dan tersungkur. Kalau kena duri tidak dapat melepasnya (kalau mendapatkan musibah tidak bisa melepaskan diri darinya),” (HR Bukhari).
Berbicara tentang kufur nikmat, perlu diingatkan pentingnya memahami arti nikmat dan bagaimana mensyukurinya. Nikmat adalah segala yang menjadikan tegaknya kehidupan lahir dan batin penuh dengan kebaikan, kenyamanan dan kebahagiaan. Yang utama dari kenikmatan adalah mengenal Allah dan memahami syariat yang diturunkan-Nya, menjadikan Islam sebagai aturan hidup pribadi, masyarakat maupun negara. Maka dari sini diketahui kekufuran bangsa Indonesia terhadap nikmat Allah dengan menolak beribadah kepada-Nya, menolak syariat-Nya dan tidak menjadikan Islam sebagai dasar membangun akhlak.
Apa jadinya bangsa yang bergelimang kenikmatan ini jika tidak beriman dan bersyukur kepada Allah? Apa gunanya kemajuan teknologi kalau tidak untuk memahami tujuan hidup? Apa gunanya kepandaian dan kekuasaan kalau hanya digunakan untuk korupsi secara besar-besaran? Di mana keberkahan dan kebahagiaan negeri yang telah meninggalkan hidayah Allah ini?
Padahal Allah SWT telah berkata kepada Adam sebelum melepaskannya ke bumi, "Dan nanti akan datang kepadamu petunjuk dari-Ku. Dan siapa yang mengikuti petunjuk-Ku tidak akan takut dan tidak sedih. Dan siapa yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka penghuni neraka dan kekal di dalamnya.”
Majalah Sabili No 09/TH XVIII
Senin, 10 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar