SETARA Institute dinilai berlebihan telah menuding lembaga- lembaga pendidikan Islam seperti Taman Kanak-kanak Islam terpadu (TKIT) dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) sebagai sarana pemupuk benih radikalisme Islam.
Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Satria Dharma, menilai tudingan SETARA tersebut berlebihan.
"Menurut saya Itu berlebihan," kata Satria Dharma dalam perbincangan dengan Hidayatullah.com, Kamis (13/01).
Menurut Satria, lembaga- lembaga pendidikan Islam seperti Taman Kanak-kanak Islam terpadu (TKIT) dan Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) selamanya ini dinilainya tidak sampai berkarakter sejauh itu.
Berbicara sebagai praktisi pendidikan, Satria mengaku bahwa semangat nasionalisme memang pelan-pelan mulai terabaikan di sekolah, seperti tidak adanya lagi upacara bendera dan tidak hafal lagu Indonesia Raya. Menurutnya, sekolah adalah wadah utama menanamkan semangat nasionalisme kepada peserta didik.
"Kalau bukan sekolah siapa lagi," jelas Dharma.
Sebagaimana diberitakan hidayatullah.com, SETARA Institute menilai kelompok-kelompok Islam telah mendoktrin anak-anak sejak kecil dengan radikalisme agama. Contohnya, sebut SETARA, di TKIT/SDIT kerap diajarkan bahkan melombakan nasyid-nasyid jihad Palestina.
"Jadi, kita harus waspada terhadap SDIT dan TKIT ini," kata peneliti SETARA Institute, Ismail Hasani .
Ismail mengatakan hal itu ketika menjelaskan hasil penelitiannya terhadap organisasi-organisasi Islam yang dicapnya radikal yang ternyata punya pengaruh dan cakupan yang luas.
"Lagu-lagu jihad itu mengancam NKRI dan bertentangan dengan Pancasila. Kenapa tidak pakai lagu-lagu perjuangan Indonesia?" kilah Ismail.
Kamis, 13 Januari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar